Selasa, 19 April 2011

Ragu membantu

Sekitar setengah jam yang lalu, saya pergi untuk mencari makan malam. Setelah mengecek dompet, ternyata isi dompet tinggal satu lembar lima puluh ribuan aja. Jadi mesti mengambil uang dulu nih di ATM. Ketika mobil mulai mendekati mesin ATM, saya urungkan niat karena tidak menjumpai parkir untuk mobil saya. Langsung memutar balik mobil, balik arah menuju tempat makan, sudah lama saya ngga menikmati bebek goreng. Tapi setelah memutar mobil, saya akhirnya memutuskan memberhentikan mobil untuk tetap mengambil uang di ATM.


Saya akhirnya harus menyeberang jalan dulu untuk menuju ATM, kebetulan juga ATM malam ini tidak ada antrian. Hanya ada satu orang yang ada di dalam mesin ATM. Saya menunggu giliran untuk masuk ke ruangan  ATM. Tiba-tiba seseorang menghampiriku, meminta padaku untuk mentransfer uang ke istrinya di Makasar. Dia meminta untuk mentransfer sebesar Rp 1 juta, uang itu akan digunakan untuk pengobatan anaknya yang sedang sakit (saya lupa sakit apa). Di tangan dia ada uang ratusan ribu yang katanya jumlahnya satu juta rupiah. Uang itu akan diberikan padaku, dan aku mentransfer ke rekening Mandiri istrinya dengan jumlah yang sama. Jadi barter gitu.

Aku merasa kasihan. Dalam hati bilang okey. Tapi pikiranku langsung melebar dan mulai mengembang ketingkat waspada dan awas. Jangan-jangan ini penipuan. Penipuan model baru. Uang yang ada ditangan orang itu juga bisa jadi merupakan uang palsu.Wajah belas kasihan yang dimunculkan itu mungkin hanya pura-pura saja. Awas jangan sampai aku tertipu.

Tingkat kewaspadaan itu membuat saya memutuskan untuk tidak membantunya. Saya tidak yakin. Saya ragu.  Saya bilang kepada dia 'maaf ya mas'. Dia bilang 'ngga pa pa'. Sambil menunggu berkecamuk dalam batinku. Kalau dia benar bagaimana? kenapa saya tidak membantunya? Anaknya sakit, keluarganya di Makasar sangat membutuhkan uang tersebut. Bukankah sudah selayaknya membantu. Saya bingung memutuskan ini, mana yang harus aku pilih?

'Mas sini', saya panggil orang tadi. 'Maaf tadi ....yah', saya mesti waspada, saya ragu....Terus terang saya khawatir tertipu. Saya menanyakan tentang keaslian uang. Saya menanyakan kebenaran keluarganya yang sakit. Oke saya mau bantu, saya bilang. Mana nomor rekeningnya? Dia menyodorkan secarik kertas dan menyerahkan uang sejuta perak.

Sungguh saat itu aku seperti tidak mengerti dan meyakini sama sekali keaslian uang yang aku pegang. Kuraba dan kuterawang, kulihat garis emas. Saya tetap tidak yakin. Kutanyakan kembali keaslian uang itu padanya? 'Benar', dia menjawab.

Kita berdua masuk ke ruang mesin ATM Mandiri, untuk mentransfer uang ke istrinya. Aku meyakinkan diri dan memasrahkan diri. Saya katakan kepadanya saya Lillahita'ala aja nih. Kulihat dia mengangguk. Saya tuliskan nomor rekening mandiri 15200011xxxxxxx, ternyata tidak bisa nomornya kebanyakan jumlah digitnya. Saya katakan dengan pasti bahwa no rekening ini salah nomornya. 

Masih dalam ruangan itu dia hendak menanyakan ke istrinya kebenaran no rekening tersebut. Tapi dia ngga jadi karena di layar handphonenya tersimpan nomor rekening  istrinya. Saya mencoba nomor rekening yang ditunjukkan kepadaku, ternyata nomor rekening yang pertama salah karena kelebihan angka nol. Setelah mengetik PIN, memasukkan jumlah yang ditransfer sebesar satu juta rupiah, muncul nama istrinya sesuai dengan yang ada dalam secarik kertas 'MASNIATI'.

Bismillahirrahim, saya berserah diri kepada Allah, kalau saya tertipu saya hanya berniat menolong orang ini yang lagi mengalami kesulitan. Saya pencet tombol benar dan transaksi berjalan. Bukti transfer saya serahkan ke dia. Setelah memasukkan kartu ATM ke dompet kembali kami keluar. Saya hitung uang yang dia berikan sebanyak 10 seratus ribuan.

Kembali ke mobil yang diparkir di seberang jalan, untuk meneruskan tujuan ke warung bebek goreng bersama teman yang dari tadi nungguin di dalam mobil. Saya ceritakan kejadian yang baru kualami ke temen saya. Temen saya hanya diam saja. Tak tahu apa yang dipikirkannya.

Setelah menyantap bebek goreng yang digoreng terlalu kering, tempe goreng dan es teh manis, kami melakukan tes keaslian uang itu dengan menggunakannya dalam proses pembayaran makan malam ku. 

Ternyata uang itu asli.

Alhamdulillah aku telah membantu dia. Semoga anak yang sakit di Makasar cepat sembuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar