Senin, 18 April 2011

memelihara anak cacat

Ini adalah ceita waktu saya masih tinggal di kampung kelahiranku. Pengalaman ini aku lihat dan aku saksikan sendiri. Terjadi pada saat aku masih kecil pada sebuah keluarga yang memiliki anak yang kurang sempurna. Karena tempat tinggal saya dengan keluarga ini dekat jaraknya, maka sering saya berjumpa dengan ke dua anak ( yang kurang sempurna ) yang dimiliki keluarga tersebut.



Kadang saya main ke rumah keluarga tersebut, begitupun sebaliknya. Meskipun saya kasihan melihat kedua anak tersebut, tapi saya kecil kadang dibuat kesal dengan berbagai tingkah dan sikapnya yang kurang berkenan. (Maafkan aku yah, waktu itu aku belum mengerti).


Kedua orang tua anak ini kaya untuk ukuran warga sekitarnya, mempunyai bisnis yang sukses. Bahkan keluarga saya termasuk tergantung kepada kemajuan bisnisnya. Karena kami pegawai paruh waktu terhadap bisnis yang dijalankannya. Segala kenikmatan yang tidak aku rasakan di waktu kecil, membuat lamunanku melambung, perasaanku menjulang, bahwa betapa bahagianya jika aku bisa memiliki kenikmatan seperti keluarga ini. Hanya berharap semoga pada suatu saat nanti aku bisa.

 Saya tidak mengerti apa kekayaan yang dimilikinya terkait dengan ujian Allah atas kedua anak yang dimilikinya itu. Tapi saya meyakini bahwa kemajuan bisnis keluarga ini berkat dua anak cacat ini. Mengapa saya meyakini hal demikian? Karena ketika kedua anak ini kurang diperhatikan oleh orangtuanya, keuangan keluarga ini mulai goyah. Sengaja saya ngga menceritakan bagaimana keluarga ini mencurahkan perhatian kepada dua anaknya ini. Saya hanya menyingkat cerita ke kejadian-kejadian yang nyata mempunyai korelasi yang begitu kuat.

Entah karena sebab apa, saya ngga tahu jelas, salah satu anak cacat ini akhirnya meninggal. kalau ngga salah yang meninggal adiknya dulu. Apa yang terjadi dengan bisnis orang tuanya? Yah bisnisnya berkurang banyak. mengalami kemunduran yang cukup signifikan, mungkin tinggal kurang separuh dari masa kejayaannya.

Selang tidak berapa lama akhirnya, kakaknya juga meninggal. Dan apa yang terjadi pada bisnisnya kemudian? Keluarga itu benar-benar bangkrut. Kehidupan rumah tangganya hancur berantakan. Mereka bercerai. Beberapa upaya dilakukan untuk mengembalikan masa kejayaannya, tapi semuanya gagal. Bahkan dia sempat bekerja serabutan, menjadi kuli bangunan pun dilakukannya. Suatu pekerjaan yang dulu dia tidak pernah lakukan.

Alhamdulillah kejadian yang menimpanya membuat dia menjadi rajin pergi ke mushola, menjadi orang tua yang lebih baik. Saya masih ingat pada suatu waktu dia memberiku sekeranjang buah srikaya yang diambil dari pekarangan rumahnya.

Dia sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Saya turut hadir dalam prosesi pemakamannya. Semoga almarhum, mendapat tempat yang layak di sisi Allah. amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar