Minggu, 24 April 2011

Ulama turunlah ke bumi


Pemandangan yang sangat menyentuh, ketika menyaksikan orang berduyun-duyun ke mesjid untuk menghadiri pengajian yang akan disampaikan oleh kyai kondang. Menyaksikan di sebuah televisi begitu penuh sesak hadirin yang siap mendengarkan ceramah dari sang ustadz pujaan. Datang ke toko buku kita akan cape membaca judul buku tentang dakwah karena begitu banyaknya. Berak-rak buku-buku Islam dipajang, sungguh menyenangkan menyaksikan media yang tersedia untuk memperluas syiar Islam.




Melihat kenyataan itu, semestinya umat islam Indonesia tidak perlu kekurangan sumber siraman rohani. Tidak perlu susah mencari petunjuk Allah dalam menjalankan Islam sesuai yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Umat Islam Indonesia akan selalu berada dalam jalan yang diridhoi oleh Allah.

Tapi pada kenyataannya banyak umat yang belum mengerti, tidak tahu, dan tidak tersentuh dengan da'wah yang ada. Sebagian umat masih ada yang keliru dalam menjalankan Islam. Sebagian umat Islam masih memaknai Jihad menurut versi masing-masing, sebagian masih memaknai dengan jalan kekerasan. Dan sebagian umat dianggap menjalankan Islam yang dianggap sesat. Mengapa? Mengapa ini bisa terjadi?

Menurut pandanganku, karena ulama kita tidak mau turun ke bumi. Ulama kita berada di langit. Dia memisahkan diri dari kehidupan umat. Ada jarak antara umat dan ulama (setidaknya sebagian besar). Saya tidak tahu apa yang dikerjakan para ulama di langit. Kenapa membiarkan kami mencari kebenaran sendiri-sendiri. Maka wajarlah kalau setiap umat ini memahami islam secara berbeda. Aku mohon kepada para ulama turun ke bumi. Siramilah kami. Luangkanlah seluruh waktumu untuk menyejukkan bumi.

Selama ini kami umat di bumi berkumpul mengundangmu untuk hadir ke bumi untuk mendengar ceramah atas tingginya ilmu mu. Saya tak tahu apa Engkau ulama apa mau datang ke kami, menasehati kami setiap saat tanpa kami berkumpul dulu dan tanpa kami harus berinisiatif mengundangmu. Kami ingin ulama hadir dalam setiap kesempatan dan bergaul baik dengan kami. Tidak ada jarak antara ulama dan kami. Sehingga mengetahui permasalahan kami dengan cepat. Kalau kami keliru atau kami melanggar kami cepat diberi tahu. Jangan kami dibiarkan saja tanpa peringatan. Dan akhirnya Ulama menyatakan kami sesat. Wahai para ulama hadirlah terus dalam kehidupan kami.

Kami yang berada di pelosok kampung dan ujung negeri ini kadang tidak bisa mendengar apa-apa yang ulama sampaikan dari pusat kota sambil duduk. Kuping kami ngga sanggup menangkap apa yang ulama sampaikan. Terlalu jauh jaraknya. Kami butuh bisikanmu. Kami butuh sentuhanmu.

Kami tahu kadang ulama nongol di televisi, tapi sebagian kami sibuk mencari nafkah, tidak sempat untuk nonton acara itu. Sebagian lagi dari kami juga tidak punya pesawat televisi, selain itu sebagian rumah kami juga belum berpenerangan listrik.

Kami tahu sebagian ulama juga menuliskan dakwahnya lewat buku, yang sudah di pajang di semua toko buku. Tapi sekali lagi sebagian kami tidak mungkin beli buku, karena setiap penghasilan yang kami peroleh biasanya habis untuk keperluan makan sehari-hari, dan sebagian kami harus berhutang.

Jadi kami perlu bantuanmu, ulama, turunlah ke bumi, turunlah dari kursi empukmu, keluarlah dari kantormu, temui kami. Beri kami senyummu yang menyejukkan itu. Peluklah kami tatkala kami sedih. Berilah kehangatan islam di kala kami kedinginan.

Semoga ulama mendengarkan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar