Sabtu, 16 April 2011

Notes from Qatar

Tiga hari yang lalu, saya melihat di kamar tidur ada sebuah buku tergeletak di meja komputer. Melihat judulnya saya tidak tertarik, paling hanya cerita novel seperti novel-novel sejenis "ketika cinta bertasbih" yang memang sering dibaca oleh istriku. Jadi saya tak pernah buku itu isi buku.

Pas mau nonton bola liga champion, buku itu berada di ruang keluarga. Memang pada saat kami ngumpul bareng sambil nonton tv, tentu saja berama ketiga anakku, saya melihat istriku lagi asyik membaca buku itu. Dan rupanya ia tinggalkan begitu saja di ruang keluarga. Sambil menunggu MU vs Chelsea saya sempatkan untuk membuka buku itu.



Ada sesuatu yang berbeda, ada sesuatu yang menarik untuk dibaca. Notes From Qatar ditulis seorang anak muda bernama Muhammad Assad. Lagi menempuh program S2 di Qatar. Saya tertarik pada cerita dia tentang sedekah yang dia pernah lakukan.

Esoknya saya cerita sama istri, bahwa buku itu lumayan menarik. Dari penuturan istriku tahu, bahwa ia membeli buku itu dari kelompok ibu-ibu yang suka mengadakan pengajian bareng di Bandung, yang kebetulan istriku juga sering hadir di situ. Salah satu anggota pengajian itu terdapat Ibu nya Muhammad Assad.

Pada suatu kali pengajian Muhammad Assad hadir, dan singkat cerita istriku membeli buku Notes from Qatar yang ditanda tangani langsung oleh Muhammad Assad.

Dibawah ini saya nukilkan kisah sedekah yang di alami oleh Muhammad Assad.

Muhammad Assad says:

Kali ini saya ada cerita lagi yang sangat menarik dan agak tidak masuk akal, sampai saya sendiri sempat bertanya dalam hati, “kok bisa ya?” Lagi lagi ini mengenai dahsyatnya sedekah dan berpikiran positif kepada Sang Maha Pencipta. Saya semakin yakin bahwa ada korelasi yang kuat diantara keduanya. Seperti apa ceritanya?

OK kita mulai! Kurang lebih sekitar sebulan yang lalu saya balik ke tanah air tercinta, tepatnya pada tanggal 10 Februari. Saya balik karena kakak akan menikah, jadi ya wajar donk sebagai seorang adik harus balik. Sebetulnya pada bulan Januari lalu saya baru aja liburan 2 minggu di Indonesia, jadi ya bolak balik lagi dan agak males. Tapi, karena momennya ini menikah, yang mana sekali seumur hidup (InsyaAllah), akhirnya saya memutuskan untuk balik.

Pada hari H, tanggal 10 Februari, setelah selesai kuliah, sekitar jam 8 malam saya berangkat menuju Doha International Airport. Di sana ya seperti normalnya orang mau naik pesawat, check-in di counter, ngasi passport dan e-number flight ticket, lalu masukin koper ke bagasi, dan dapet boarding pass. Setelah saya lihat, kursinya nomer 32F. Well, it is not good place. Karena posisi tempat duduknya bukan di aisle. Ya, saya emang suka posisi aisle atau di pinggir, karena lebih leluasa untuk keluar masuk dan pergi ke toilet hehe.. Saya baru sadar nomor kursi bukan di aisle setelah meninggalkan counter, jadi yaudah lah dan saya lanjut jalan langsung menuju imigrasi, liat-liat dan sempet beli-beli di duty free, terus duduk manis di ruang tunggu menunggu kedatangan pesawat Qatar Airways. There is nothing special up to this point.

Kemudian pengumuman terdengar bahwa penumpang Qatar Airways jurusan Jakarta diharapkan segera memasuki pesawat. Saya pun langsung menuju boarding pass counter. Kemudian saya kasih boarding pass ke petugasnya, dia ngetik2 dan ga ngerti ngetik apaan. Karena saya orangnya selalu berusaha menciptakan suasana jadi enak, ya saya ajak ngobrol lah itu mbak2nya. (sebenernya dalam hati takut juga kenapa tiket gue diceknya lama banget, takut ga bisa pulang ke jakarta). Kurang lebih terjadilah percakapan seperti ini:

Saya: “Hi, how are you doing? Is the flight full?” – basa basi dulu nanya kabar

Mbak: “I am good, yes it is full.”

S: “Hmmm ok.. well, can I change my seat, please?” – maksudnya mau pindah posisi dari tengah ke aisle

M: “Yess, I move your place from Economy Class to Business Class”

S: “Are you kidding?” No, I mean I want to change my seat into aisle”

M: “Well, I have moved you to Business Class. You don’t want?”

S: “Of course I want! keep it like that” – agak ga percaya tapi seneng juga hehehe

M: “Yess! Now your seat is 5E” – sambil ganti nomer di boarding pass

S: “Thanks so much! JazakAllah khair (semoga Allah membalas kebaikanmu)”

Seneng abiss, ya saya cuma bayar kelas ekonomi biasa, tapi dapet business class, dan langsung terbayang gimana enaknya nanti di pesawat, kursi besarnya yang bisa tiduran persis lurus 180 derajat, makanan dan minumannya (i love eating!) dan yang pasti kenyamanannya. Perjalanan Doha-Jakarta yang sekitar 8 jam pun pasti akan terasa cepat. Tapi sambil berjalan menuju ke pesawat, saya berpikir, kok bisa ini terjadi kepada saya ya? Ada lebih dari 300 penumpang di pesawat, tapi kenapa saya yang dipindah ke business class, yang cuma berkapasitas untuk 15 orang??? Mungkin beberapa orang menyebut ini suatu kebetulan, ya namanya juga pesawat lagi penuh, jadi wajar lah beberapa orang dipindahin aja ke business class. Iya benar. Tapi kenapa saya yang ada di kursi nomor 32? Kenapa bukan orang yang ada di urutan nomor 6, 7,8 dst yang notabene-nya adalah nomor urut langsung setelah business class?

Saya selalu yakin bahwa setiap kejadian yang terjadi di dunia ini adalah bukanlah sebuah kebetulan, tapi ada Sang Maha Pengatur yang mengatur ini semua. kalau memang apa yang terjadi di dunia ini semuanya hanyalah kebetulan semata, lalu kenapa sudah ribuan tahun matahari tidak pernah secara kebetulan terbit di barat dan terbenam di timur? Atau kenapa tidak pernah secara kebetulan bulan muncul di siang hari dan matahari bersinar di malam hari? Saya yakin semua sudah ada yang mengatur, dari hal yang paling kecil dan sederhana hingga yang terumit dan terbesar sekalipun. Allah telah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. Al-An’am [6]:59).

”Dan kunci-kunci semua yang ghaib ada pada-nya; tidak ada yang mengetahui selain Dia. Dia mengetahui apa yang ada di darat dan di laut. Tidak ada sehelai daun pun yang gugur yang tidak diketahui-Nya. Tidak ada sebutir biji pun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah atau yang kering, yang tidak tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauhul Mahfuz)”

Jelas sekali dalam ayat tersebut bahwa semua yang terjadi di dunia ini tidak ada yang serba kebetulan. Bahkan, sehelai daun yang akan jatuh ke tanah pun atas izin dari-Nya. Setelah itu saya merenung dan berpikir, what have I done today so that I can get business class? Tidak lama kemudian saya teringat, bahwa sorenya, di saat masih di kampus sebelum berangkat ke Airport, saya bertemu dengan salah seorang janitor yang shaleh di masjid. Janitor ini bernama Abdul Shamad dari Sri Langka. Kalo menurut saya, dia ini shaleh ya karena saya ketemu dengan dia sering di masjid. Akhirnya setelah shalat Isya, saya menyempatkan ngobrol dengan beliau, menanyakan kabar keluarga, anak ada berapa, sebulan penghasilan dapet berapa, cukup atau enggak untuk membiayai keluarga, dsb. lalu saya berikan dia sedekah 60 QR, atau kalo di kurs rupiahkan itu sekitar 180,000 (QR 1 = Rp 3,000). Saya kemudian berpikir, mungkin karena ini skr saya bisa mendapatkan kursi business class.

Kalau dihitung secara nominal, mungkin akan membuat kita terkaget-kaget. Jadi harga tiket normal PP Qatar-Indonesia itu sekitar 8 jutaan, dan harga tiket business class itu sekitar 18 jutaan. Jadi kalau dihitung secara kasar, berarti 180 ribu yang saya sedekahkan itu berbuah menjadi 18 juta! Atau 100 kali lipat! Tapi okelah, 18 juta itu kan PP, dan ini hanya one-way Doha-Jakarta saja, berarti kalo dipotong setengahnya, tetap balasan yang diberikan 50 kali lipat. Luar biasa bukan? Dan ini membuktikan kebenaran firman Allah SWT dalam Al-Qur’an (QS. Al-An’am [6]:160) bahwa segala amal perbuatan baik (termasuk sedekah) akan diganjar minimal 10 kali lipat.

“Barangsiapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikitpun tidak dirugikan (dizalimi)”

Wait! Cerita belum selesaiii….

Singkatnya sudah seminggu di Jakarta, pernikahan kakak saya alhamdulillah lancar, dan tepat pada tanggal 18 Februari harus balik lagi ke Qatar. Waktu di Airport pas check in, sempet juga si kepikiran, “enak juga kali ya kalo bisa dapet business class lagi.” Akhirnya ya langsung aja pura-pura nanya ke mbak2 nya, “mbak, pesawatnya full ga penumpangnya? Bisa pindah ke business class gaa??” berharap pesawat full dan saya bisa minta pindah ke business class. Kali ini emang agak frontal mintanya terang-terangan hahahaa.. dan mbak2nya jawab, “Ga full mas, masih ada sisa 77 kursi kosong! Jadi ga bisa pindah tuhh.. ” dalam hati saya, yahhhh yaudah deh emang bukan rejekinya kali ini, tapi tetep positive thinking aja InsyaAllah dapet business class lagi, gatau kenapa bisa yakin gitu. Setelah itu yaudah saya duduk-duduk nunggu pesawat sambil makan pempek plus tekwan, mantap!. Waktu makan, mama sempet bilang gini, “gmana udah dapet tiketnya? Dapet business class lagi ga?” saya jawab, “ga mom.. dapet tiket normal kali ini hehe..” kemudian mama membalas, “tenang aja, mama doain nanti pas di dalem dituker lagi ke business class ya..” langsung saya jawab, “Amiiiiiiiiiennnn Yaaa Rabbal ‘Aaalamiiinnn..”

Oke, boarding call sudah memanggil, pesawat QR 671 sudah akan lepas landas dan itu artinya saya harus menuju imigrasi segera. Setelah melewati imigrasi, langsung menuju check in yang kedua sebelum masuk pesawat. Yaudah saya kasih boarding pass, dan tidak ada yang spesial. Tiket cuma diliat, dirobek, dibalikin lagi yang kecilnya ke saya. Nothing change! Hahahahaa… Kemudian saya duduk di ruang tunggu sambil baca-baca. Pesawat menurut jadwal akan take off jam 00.05, tapi sudah sampai jam 00.00 para penumpang belum dipanggil masuk pesawat.

Kemudian tepat jam 00.10 ada beberapa nama yang dipanggil ke counter dan nama saya termasuk salah satunya. Yaudah saya datengin aja counternya. Mas-mas petugasnya minta boarding pass, dia cuma bilang ada sedikit penyesuaian dengan posisi kargo, agar berat pesawat seimbang. Yaudah saya kasihin aja, lalu mas2nya ngetik ngetik. Kemudian ga lama tiket saya dituker, yaudah.. pikir saya cuma palingan ya ganti nomer aja ke samping atau kemana. Saya ambil tiketnya tanpa dilihat dan masukin ke kantong jas, lalu duduk lagi. Pas duduk iseng-iseng aja saya liat lagi karena penasaran ke kursi nomer berapa saya pindah.

Saya kemudian terkaget-kaget, tidak percaya dan bahkan hampir pingsan (www.lebay.com), ternyata nomor kursi boarding pass saya yang baru adalah 3F!!! C’mon its business class again!!! I know that seat number 1-5 is business class! Dan setelah saya teliti lagi memang benar di bagian atas tiket itu memang tulisannya “Business Class”, jadi sudah betul lah memang saya dapet tiket business class. Langsung saya ketawa sambil mengucap Alhamdulillaaaahhh.. saya juga gatau kenapa bisa ketawa ya, mungkin sangking speechless dengan kejadian yang baru saya alami. Orang-orang di sekitar seketika itu juga pada ngeliatin dan beberapa melihat dengan pandangan aneh kenapa ni orang tiba-tiba ketawa sendiri.

I am totally speechless! Coba bayangkan bagaimana bisa tiket perjalanan PP Doha-Jakarta saya dapat full business class di dua penerbangan? Padahal saya hanya membei tiket ekonomi. Ini jelas bukan lah suatu kebetulan seperti yang saya utarakan di atas. Kalau di awal (Doha-Jakarta) mungkin bisa dibilang “agak” sedikit kebetulan karena memang kursi penumpangnya penuh jadi beberapa orang harus dipindah ke business class, dan alhamdulillahnya saya termasuk dalam golongan “beberapa” orang yang dipindahkan itu.

Tapi di penerbangan yang kedua, dari Jakarta ke Doha, bagaimana mungkin ceritanya saya diberikan “kesempatan kedua” untuk menikmati kembali kursi business class di saat masih tersisa 77 kursi kosong??? Ada yang masih bilang ini suatu kebetulan? I doubt it.

Akhirnya, ya sudah saya kembali mendapatkan kenyamanan yang sama seperti di saat saya berangkat. Luar biasa! berarti saya benar-benar mendapatkan balasan kontan 100 kali lipat dari sedekah yang dilakukan! Alhamdulillah semoga kisah yang cukup menarik ini bisa memberikan manfaat bagi teman-teman dan pembaca sekalian. Tidak ada sedikitpun maksud dari saya untuk riya dengan sedekah yang dilakukan. Apalah arti duit QR 80 jika dibandingkan kekayaan Allah SWT yang ada di seluruh langit dan bumi? Cerita ini hanya semangat berbagi yang ingin saya ceritakan kepada teman-teman semua agar selalu bersedekah dan berpikiran positif kepada Allah.

Demi Allah, yang jiwaku ada di genggaman-Nya, tidak akan berkurang sedikitpun harta yang kita sedekahkan, tapi yang ada malah terus bertambah dan bertambah dan semakin berkah! :)

Wallahu ‘alam bishshawwab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar